Sabtu, 01 Juni 2013

wanita cantik dari aceh

AF " Wanita Aceh Itu
Tidak ada yang kebetulan dalam hidup

Beberapa tahun yang lalu, saya sedang patah hati untuk yang kesekian kali *sok laku. Ketika itu lagi hangat-hangatnya dapat pertanyaan, "Kapan nikah? Pacarnya orang mana?" dan lain sebagainya. Yah, karena untuk urusan pribadi saya agak tertutup dengan orang lain, jadi banyak yang penasaran saat itu saya sedang "jalan" sama siapa *sok ngartis hehe. Jadi teman-teman pun tidak ada yang tahu kalau saya lagi patah hati.

Stres banget gak sich, hubungan yang sudah berjalan 1,5 tahun sedang diujung tanduk, padahal saat itu usia sudah cukup, sudah punya pekerjaan, dan dapat pertanyaan yang nyebelin itu pula. Intinya kecewa berat, apalagi putusnya dengan cara gak enak banget dan masih ada 'rasa' pulak. Alamak. *lirik suami.

Tidak dinyana, tidak diduga, saya mendapat tugas dari kantor untuk mengikuti pelatihan di Jakarta. Awalnya malas banget mau berangkat. Namanya juga lagi patah hati, bawaannya males dan suram *apa seh ini. Gak enak deh mau ngapa-ngapain. Sebagai karyawan yang baik (uhuk) saya pun berangkat ke Jakarta, berdua dengan teman. Pikir saya sih, "Ah, mungkin malah bisa refreshing sampai sana, lagipula kan di Jakarta bisa jalan-jalan, lumayan lihat hal-hal baru".

Setelah sampai di tempat diklat, dan sudah membereskan beberapa administrasi, kami beristirahat di kamar yang disediakan oleh panitia. Kemudian keesokan harinya kita mengikuti upacara pembukaan diklat dulu, ternyata saya dipilih sebagai wakil peserta untuk mendapat tanda peserta pertama kali. Gak senang sich, habis harus duduk di bangku depan sendiri dan gak bisa ngantuk bwahahaha.

Setelah pembukaan, ada coffee break *padahal minumnya teh hehe, kesempatan untuk berkenalan dengan peserta lain, lumayan dapat beberapa kenalan di hari pertama.

Singkat cerita, kita sudah duduk dengan manis *tangan dilipat* pada sesi pertama di hari pertama, sambil nunggu instrukturnya datang, ngobrol ngalor-ngidul dengan peserta-peserta yang lain, sambil sok kenal sok dekat tentu saja.

Langit pun masih biru, walau hati tertutup awan kelabu
keep moving forward guys :)
Di sebelahku duduk Mbak Nana dari Jawa Timur, kita sudah sempat kenalan sebelumnya, jadi ngobrolnya lebih mengalir, sedangkan di belakang kami ada dua orang Ibu berasal dari Aceh. Kita ngobrol yang enteng-enteng saja. Hingga sampai pada percakapan ini:


Saya : "Wah tadi malam agak dingin ya Bu, saya biasa pakai selimut kalau tidur, jadi tadi pagi minta dipinjami selimut sama petugas asramanya",

(Salah satu Ibu dari Aceh, sebut saja namanya Bu Cut menimpali)

Bu Cut : "Mbak sama seperti anak bungsu saya, kalau tidur harus pakai selimut. Bahkan kadang selimutnya sampai diikat segala lo ke kakinya biar gak lepas."

Saya : (tertawa pelan) "Oo gitu ya Bu, lucu juga ya, anaknya ada berapa Bu?"

Bu Cut : "Ada 6 Mbak. Tapi sekarang tinggal 3".

Saya : "Lo yang 3 lagi kemana Bu?" tanyaku dengan suara polos.

Bu Cut : "Waktu tsunami datang anak saya yang tiga orang hilang Mbak, yah anak kan titipan Allah ya Mbak, jadi...."

Kalimat beliau setelahnya tidak sampai ke telingaku, karena rasanya kuping tiba-tiba tuli. Mata terasa hangat dan lidah terasa kelu. Ibu di depanku itu terlihat sangat tegar ketika menceritakan itu semua. Kami yang mendengarkan tidak bisa mengatakan apa-apa. Berusaha sebisa mungkin agar air mata tidak jatuh, bahkan kulihat sekilas Mbak Nana sampai berkaca-kaca matanya.

Untung saja instrukturnya datang, sehingga percakapan terputus dan kami bersiap mengikuti sesi, Sempat kutangkap Mbak Nana berbisik padaku, "Aku punya satu anak, Es. Ketika anakku sakit panas saja,aku kalut luar biasa..." Mbak Nana pun tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
'/>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar